Saturday, November 28, 2009

Si Gadis dan Nenek Peot Batok

seorang gadis sedang menunggu datangnya seorang yang baik hati, yang akan mengantarnya ke studio bioskop, dan menyaksikan New Moon bersama. tapi apa daya, gadis itu hanya menunggu dan menunggu .
dia merenung, siapa yang akan tulus mengantarnya ke tempat itu. Tak ada satupun, sang gadis sedih.
Dia pun berkata .
"Ya Tuhan, kemanakah teman temanku ini? Apakah mereka masih hidup? Tak ada satupun, yang setuju."
dan ternyata gadis itu memang dicampakkan.. tak ada eank pduli,, kecuali seorang gadis cantik bernama alya eank senantiasa membaledognya....
disaat gadis itu termenung di kursi yg sudah rapuh tiba tiba ada suatu benda yang tepat mendarat di kepalanya.
BELEDAAAAAAG, JEELEGEER, GUBRAAAK, BRAAK, BRUUK !!
"Eh, eta saha nu ngabaledog urang make parabotan? cabok gera!"
celingak celinguk .
tak ada siapa siapa, sang gadis yakin bahwa yg membaledognya itu adalah nenek peot batok yg jahat dan jail.
nenek peot batok sangat lincah dan pintar tapi sayangnya dibalik semuanya itu dia memilikh suatu kekurangan yang mengerikan.


hay,, naon kekurangana???


dia mempunyai rambut seperti batok kelapa dan tak pernah dikeramas sejak 2 tahun yg lalu, dia selalu kentut dimana saja.
Pantas saja dia tak punya teman, kentutnya aja bau jengkol. Jadi pantas saja dia jail untuk mencari perhatian orang sekitar . sang nenek membaca mantra agar si gadis tidak jadi pergi ke bioskop "Belekok, borokokok, ada ayam lagi nagok, tiba-tiba dicabok, dicaboknya ngorok. Sing si gadis te jadi ka bioskop, sing te jadi, sing te jadi !"
Hujan mengguyur.
"yah, gajadi deh nontonya .."
dikejauhan ..
"yeee. si gadis gajadi nontonnn !"





( ceritaa ga jelas, ga dibaca juga gapapa )

by : alya bersaudara .

Thursday, November 19, 2009

Persahabatan Dudung dan Maman (versi anak SD)

Hari Minggu yang cerah. Maman memboseh sepedanya menuju rumah Dudung.
“Dudung, main yuk!.”
“Eh, Maman. Mau main apa sekarang? Semangat sekali kau hari ini.” Kata Maman sambil mengeluarkan sepatu kotornya.
“Main sepak bola saja, mumpung hari ini cerah. Aku pun sudah mengajak teman yang lainnya.”
“Okelah. Tapi bantu aku membersihkan sepatuku dulu ya? Sudah selesai nanti, baru saja kita main sepak bola.” Maman mengangguk dan segera masuk ke halaman rumah Maman.
Di lapangan. Dudung dan Maman asyik bermain bola. Terik matahari semakin panas, semangat mereka belum juga luntur. Meskipun keringat telah bercucuran mereka tetap saja menikmati permainan. Tiba-tiba Dudung tersandung dan lututnya terluka. Permainan dihentikan, semua beristirahat. Dudung duduk di pinggir lapangan, Maman pun menghampiri temannya itu.
“Tidak apa-apa kau?.”
“Tidak. Hanya luka kecil.”
“Mana kulihat. Ya ampun, cepat bersihkan dengan air! Nanti bisa infeksi, tahu! Ayo cepat, nanti kubelikan hansaplash.”
“Iya iya. Baiklah.”
Dudung mencari keran air untuk membersihkan lukanya. Maman memberinya hansaplash berwarna biru.
“Darimana kau tahu, aku suka warna biru?.”
“Ada deh, mau tahu saja kamu. Hehehe. Kamu kan selalu menggunakan baju berwarna biru, jadi kukira kau menyukai warna biru. Tapi benar kan tebakanku?.”
“Bisa saja kamu, Man. Pulang yuk?” Mereka pun pulang. Maman mengantarkan Dudung pulang kerumahnya. Dudung berterima kasih kepada Maman karena dia telah menolongnya dan mengantarkan pulang.
“Sama-sama. Sesama manusia harus saling menolong, apalagi kita kan sahabat. Iya kan ?.”




cerita buat tugas adik tercinta (hueeek)

Tuesday, November 3, 2009

Over Narsis

D i sebuah sekolah, tepatnya di suatu kelas yang sangat ribut, 3 sekawan sedang membicarakan sesuatu. Tak lama kemudian, sang guru masuk dengan membawa seorang anak baru yang mencurigakan.



Echa : “ Heh.. Heh.. Katanya ada anak baru loo.”

Aulia : “Ha? O ya?.” (Dengan muka menyebalkan.)

Cikita : “Ehmmm……” (Berpikir tiada henti.)

Aulia : (Menepuk tangan.) “Duh, banyak nyamuk !.”

Ms. Call : Assalammu’alaikum. Barudak, gini.. Hari ini Ibu bawa anak baru.. Namina teh.. (Bicara ke anak baru.) Ah, sok we perkenalkeun diri ku sendiri. Mangga..

Sisi : (Memperkanalkan sambil nge-rap.)



Saat memperkenalkan diri, sang guru memberhentikannya hanya untuk menenerima telepon.



Ms. Call : “Stop! Tahan sebentar ya… Halo,ooh mangga.. Apel-apel.. Sawot tho.. (Selesai nelepon.) SBY !.”

3 Sekawan : “Maksudnya Miss?.”

Ms. Call : “Ya itu lho.. SBY! Lanjutkan.. Kenalin dirinya.”

Sisi : Yo..Yo.. Beres Bu..”

Ms. Call : “Eh, panggil saya Miss.”

3 Sekawan : “Kaya siapa ya? Kaya *tiiittt*.”

Ms. Call : “Ooo.. Sudah-sudah , duduk sana.”

Sisi : “Sorry, gue duduk dimana ya? (Kaya orang keselek.)

Ms. Call : (Nunjuk Cikita yang lagi mangap.) “Tu.. Di sebelah anak yang nuju mangap.”



Cikita ngeliatin bangku yang mau di dudukin Sisi dengan tatapan aneh!! Sisi jalan dan duduk di sebelah Cikita sambil memandang sinis!!



Ms. Call : “Ok. Oya untuk anak teranyar, nami abdi Callibrie Sobhani, dipanggilna Miss Call. Ngartos?? Facebook!.”

Echa : “Maksudnya Miss?.” (So imut.)

Ms. Call : “Itu .. Face itu muka. Book itu buku. Jadi, muka bukuna halaman…”




Bel pulang berbunyi..



Ms. Call : “Kok bel? Yowess, ora opo-opo. Pulang sana..” (Sambil menyerahkan tangan)



Di taman sekolah 3 sekawan menemui Sisi dan ingin berkenalan.



Echa : “Hello anak baru.. Kenalin ya, nama aku Echa Dwi Sumprit..” (Mengedipkan mata berulang kali.)

Aulia : “Aulia.” (Dengan muka dingin.)

Cikita : “Nama aku Ciiikiiitaaa Wiilly Guutaawaa. Hehehehe.” (Muka aneh.)

Sisi : “Mau kenalan? Iuhh. Sorry ya. Kalian ga selevel sama gue. Ok!.”



3 sekawan jadi ilfil dengan pandangan sinis. Lalu, ada seseorang yang melewat. Sisi ngeliatin.



Sisi : (Terpesona. Tangan di dada dan langsung meninggalkan 3 sekawan.)

Echa : “Kita ! Dikacangin ! Sama anak baru ! Yang bener aja…”

Aulia : “Aku sih gak peduli. Udah biasa. Pulang yuk?.” (Menarik tangan Echa.)

Cikita : (Diam beberapa saat. Celingak-celinguk.) “Pulang..”



Sementara itu, Sisi masih mengejar cowok itu.



Sisi : “Hey, cowok! Sst..Sst..”

Awan : (Sok cakep.) “Manggil gue?.”

Sisi : “Iyalah. Gue manggil elo! Oya, siapa nama lo?.”

Awan : “Nama gw Awan. Elo?. (Sok keren.)

Sisi : “Oh, gue Sisi Joerankali.. Hihihi. Gue duluan ya..”






Keesokan harinya Sisi mendekati 3 sekawan.



Sisi : “Eh, lihat deh, lihat deh.. Handphone gue BB lho.. Bold lagi bukan yang Curve.”

Echa : “So.. What we gonna do? Hah? .”

Aulia : “Jadi pamer maksudnya, hah? BB-nya beli sendiri atau jangan-jangan dapet nyolong lagi?!.” (3 sekawan ketawa.)

Cikita : “Dapet minjem kali.”

Sisi : “Ya nggak lah. BB ini tuh dibeliin bonyok gue. Bonyok gue kan kaya gilla..”

Cikita : “Bonyok? Bonyok tu apa?

Sisi : “Hey.. Lo kampungan banget sih! Ga tau bonyok tu bokap nyokap! Jangan-jangan lo ga tau bokap nyokap tu apa??.” (Sinis sok cantik.)

Aulia : “Eh, kamu jangan kasar dong sama temen aku. Belum tau ya, kalo udah di labrak ama kita-kita. Hah?.” (Emosi sambil mendorong Sisi.)

Cikita : (Diam tanpa kata. Hanya memandang Sisi sinis.)

Echa : “Iya. Sok banget lo disini. Sok kaya, sok cantik. Anak baru kelakuan selangit…..!!!.”

Sisi : “So.. emangnya ga boleh?.”



Pada saat mereka berempat ribut. Miss Call melihat kejadian itu dan dia mengira kalau Aulia membuat ulah.



Ms. Call : “Eh… Udah-udah. Aya naon ieu teh? Aulia!! Pasti ulah kamu deui! Ayo ikut ibu.” (Sambil menjewer Aulia.)

Sisi : “Termasuk gue Miss?.”

Ms. Call : “Nda!! Ya kalian semua ikut ke ruangan saya! Saya hukum kalian.” (Sambil menjewer Aulia.)



Mereka berempat dimarahi.



Ms. Call : “ Aulia. Anjen ini bagaimana tho?! Selalu saja masalah. Penjelasan apalagi yang akan kamu keluarkan?.”

Aulia : “Dia Miss! Si Jurang!.” (Langsung ribut menyalahkan.)

Cikita : (Bernyanyi ‘Karena Dia’.)

Ms. Call : “Haduh. Saya jadi rieut tho! Coba ngemeng hiji-siji!.”

Echa : “Si Jurang, Miss. Dia ngehina kita-kita, katanya kita tuh kampungan. Kita kan sakit hati. Dalemm..” (Dengan gaya Fitri Tropica.)

Sisi : “Jurang-jurang. Muke lu jurang! Panggil gue Sisi yang cantik, imut, pinter.”

Cikta : “Heh, kamu! Kamu tu menghina saya. Saya ga terima. Saya sakit hati. Apakah kamu tidak punya hati?!.”

Semua : (Melongo dengan mulut ternganga.)

Ms. Call : “Udah kalian semua keluar!!!!.”



Diluar ruangan, mereka berempat saling menyalahkan. Didalam kelas 3 sekawan benar-benar marah pada Sisi. Lalu, mereka menyusun rencana.



Aulia : “Gimana, kalian setuju?.”

Echa : “Pastinya. Kita setuju banget…”



Saat istirahat, 3 sekawan menghampiri Sisi yang sedang asyik mengotak-atik handphone-nya.



Cikita : “Sisi, soal yang tadi aku minta maaf ya..”

Aulia : “Ya, aku juga. Mending kita baikan.”

Echa : “Ya, termasuk aku juga ya..”

3 sekawan : (Dalam hati : Kena lo..)

Sisi : “Ya, boleh lah.. gue maafin kalian. Gue duluan oke.”

Echa : “Sekarang giliran Awan, si cowok narsis itu.”



Di taman sekolah, mereka bertemu dengan Awan.



Echa : “Wan, sini deh..”

Awan : “Ada apa sih manggil-manggil gue?.”

Aulia : “Gak. Cuma mau bilang, kan setahun ini kan hp yang paling keren kan handphone kamu. Sekarang bukan kamu lagi, Sekarang handphone Sisi, BB Bold lho..”

Awan : “You say what?? Gak mungkin. Ini ga boleh kejadian tau gak.. Kudu disamperin tu anak!.” (Pergi mencari Sisi.)

Cikita : “Rencana kita berhasil.”

Aul-Cha : “Banget.”

Awan menghampiri Sisi ynag lagi jalan smbil memerhatikan kuku.



Awan : “Eh, lo Sisi kan?.”

Sisi : “Iya. Why?.”

Awan : “Gue denger, handphone lo triple B !! mau jadi cewek sok narsis dan keren disini?? Asal lo tau, sebelum lo sekolah disini, handphone gue yang paling keren. Bukan lo!.”

Sisi : “So.. Jadi gue harus ngalah sama lo?? Sorry, ga mau!!!.”

Awan : “Eh dasar lo ya. Anak baru kecentilan.. Sok kaya banget sih lo! Kayaan juga gue. Bonyok gue punya toko emas. Dua lagi.”

Sisi : “Toko emas? Mas Kamto?? Gue dong, bonyok gue punya tiga toko berlian!.”

Awan : “Istri gue empat! Eh, rumah gw empat!.”

Sisi : “Gw 4.5 !!.”



Sementara Awan dengan Sisi memamerkan kekayaan orang tuanya , 3 sekawan melihatnya dari jauh.



Aulia : “Ayey. Rencana kita berhasil. Hahai.”

Cikita : “Betul banget.”

Echa : “Puas banget kita. Kita gitulo.. Tiga sekawan..”

Aul-Ciki : “Paling cerdas.”


Sisi : “Apa lo?! Hah?? Mentang-mentang nama lo keren. Awan Setiawan Dermawan Jutawan Juragan Bakwan!! Haah??.”

Awan : “Lo yang apa?? Jurang!!.” (Mendorong Sisi hingga anak itu terjatuh tepat dihadapan Miss Call.)

Ms. Call : “Eh, ada opo ini? Awan, kok anjen dorong-dorong Sisi tho? Ayo bangun.”

Sisi : “Awan duluan Miss yang dorong gue.”

Awan : “ Ya tapi dia duluan Miss yang cari gara-gara sama gue!.”

Ms. Call : “Sudah-sudah. Jangan saling menyalahkan. Sekarang Awan, Sisi jelaskan awal dari kejadian.”

Sisi : “Tadi Awan datang terus marah-marah. Gue ga tau kenapa.”

Awan : “Kalo gue, tadi ketemu Aulia, Echa, sama Cikita. Mereka bilang sekarang bukan handphone gue lagi yang palin keren tapi handphone triple B-nya Sisi!!.”

Ms. Call : “Aulia, Echa, dan Cikita… Saya tau penyebabnya. Ikut Miss.”

Aw-Sis : (Mengikuti Miss Call.)


Ms. Call : “Aulia, Echa, Cikita. Tadi kalian ngadu ayam, ehhh maksudnya ngadu domba Awan sama Sisi tho? Ayo ngaku, ini bulan puasa nda boleh bohong!.”

3 Sekawan : “Iya Miss.” (Dengan kepala menunduk, merasa bersalah.)

MS. Call : “Alasannya apa tho, kalian adu domba mereka?.”

Aulia : “Kita sebel sama mereka berdua Miss.”

Echa : “Iya Miss. Dulu Awan yang selalu pamer kekayaan dan narsis. Apalagi sama kita bertiga.”

Cikita : “Apalagi Sisi yang sering nyakitin hati saya, Miss.”

Ms. Call : “Oh, itu masalahnya tho. Yo wess. Gini ya, nak.. Ngadu ayam orang tu dosa.”

Sisi : “Ayam siapa Miss?.”

Ms. Call : “Maksudnya, ngadu domba orang itu perbuatan buruk, itu dosa. Dan pamer kekayaan itu juga sami nda boleh. Gimana kalo ada temen yang dibawah kalian? Gitu tho… Jadi untuk Aulia, Echa, Cikita. Lebih baik maafin Sisi dan Awan. Gitu juga Sisi dan Awan kalian harus berbaikan, ya. Allah saja memaafkan, kenapa kita nda bias, ya tho?.”

Semua : “Gue suka gaya Miss. Ahhahahahaha.”



Happy ending. Semua berbaikan.