Seorang temanku selalu memotong rambutnya jika hubungan percintaannya kandas. Buang sial, katanya. Lucu juga, meskipun tak logis. Bisa saja menjadi satu kepercayaan seseorang, aku tidak.
Dan suatu hari, aku memotong rambut. Ada teman menanyakan alasan mengapa rambutku dipotong. Aku jawab, "Buang sial.", bercanda. Sudah lama aku berniat untuk potong rambut dan ini adalah sebuah kebetulan. Aku tak bermaksud.
Banyak alasan mengapa rambut dipotong. Bisa jadi karena rambutnya rusak atau kasus yang paling sering terjadi adalah rambut bercabang, rambut rontok lalu dipotong agar terlihat lebih bervolume, dan faktor utama adalah bosan, ingin mencoba gaya rambut baru. Orang pun ingin berubah bukan? Berubah menjadi lebih baik, mencoba beda dari yang lain. Lalu kenapa sering disangkut-pautkan dengan 'buang sial'?
Profesor Antropologi Rutgers University, Helen Fisher berkata, "Potong rambut bagi wanita dianggap sebagai tahapan meminta tolong dan melakukan perubahan. Peralihan penampilan yang drastis ini dipercaya membuat wanita akan lebih diperhatikan, yang dapat mengalihkannya dari emosi negatif sesaat pascaputus,"
Dalam artian, aku memandang ritual potong rambut ini menjadi pembelaan diri seseorang setelah putus, menganggap dirinya kuat tapi sebenarnya tidak. Karena pascaputus pasti ada sesuatu yang tertinggal dan harus ditinggalkan. Lalu kesedihan melanda, anak masa kini menyebutnya 'galau'. Maka dari itu, mereka butuh penopang agar tidak jatuh terlalu jauh. Namun dalam kasus ini, ada usaha untuk menyemangati diri. Seperti yang sudah aku bilang diatas, ingin berubah. Mencoba membuka lembaran baru, memulai cerita lain, dan membuang kisah lama. Kalau ini, sih, ada hubungannya dengan move on.
Mau dianggap buang sial atau bukan. Perubahan inilah yang aku mau, karena sudah banyak mindset yang berubah selama setahun terakhir dan aku nyaman dengan kondisi seperti ini. Banyak tantangan yang diambil, mencari atau menemukan hal yang baru, yang belum pernah diketahui sebelumnya.
Jadi, potong rambut bukan lagi soal buang sial melainkan soal perubahan dari dalam diri.
Cheer up, gurls!
p.s: tolong jangan memvisualisasi bagaimana bentuk potongan rambutku :p
Wednesday, June 29, 2016
Monday, June 13, 2016
Ilusi di Musim Panas
Menuju musim panas dan yang ada
dalam pikiran adalah berlibur. Membayangkan desiran angin yang berbau garam,
deburan ombak, dan hamparan pasir yang luas. Sungguh nikmat disuguhi nyiur
berbaris, dibanjur matahari, dan kopyor yang segarkan dahaga. Tertawa dan
saling tukar cerita bersama sahabat sambil menikmati kudapan yang tak pernah
habis.
BANG! BANG!
Waktu berimajinasi sudah habis,
saatnya hadapi realita dengan penderitaan tiada akhir. Libur hanyalah mitos,
dongeng sebelum tidur yang selalu didambakan. Aku tahu kasur memiliki daya
tarik magnet yang sangat kuat, sehingga kau terus tertarik dan tak bisa melawan
medannya. Kau mengalah, tertidur, dan tidak produktif sepanjang hari.
TIDAK, TIDAK!
Buka mata dan bangun dari kasur.
Cuci muka dan gerakkan badan. Buatlah harimu padat, setidaknya kau berguna
untuk hidup di bumi ini. Tidur hanya akan membuatmu menjadi seonggok daging
bodoh tak bermanfaat. Meskipun harus aku akui, tidur adalah hal ternikmat di
bumi.
Beranjak dari kasur, keluar dari
jeratan kamar yang terkutuk, bertemu sofa yang berdiri tegak dengan berjarak
tiga meter depan televisi, ditemani meja kopi yang dipercantik dengan
kaleng-kaleng makanan yang begitu menggoda. Kini aku tahu, ada hal nikmat
lainnya setelah tidur yang menjadi peringkat teratas. Banyak orang berkata,
harus rajin olahraga. Dan olahraga yang paling rajin dilakukan adalah olahraga
jari dengan menggerakan sendi-sendinya, menekan remote telivisi untuk
memindahkan siaran. Tapi olahraga yang satu ini tidak memberikan efek sehat,
melainkan menimbulkan kemalasan yang hakiki serta penimbunan lemak-lemak di
berbagai sisi, terutama pipi. Lagi, lagi, gagal menjadi produktif.
PLAK!
Butuh tamparan keras untuk sadar.
Mei hingga September nanti, seharusnya liburan dimulai. Tapi hidup perkuliahan
tidak seindah itu. Adanya sosok SEMESTER PENDEK (sebut dia espe) menjadi penghancur liburan yang sudah diidamkan. Juni hingga
Agustus adalah waktu yang tepat untuk nikmati pantai. Namun apa boleh buat, Si Espe ada agar
semester depan yang lebih ringan untuk dihadapi. Sepertinya aku memang tidak
diberi waktu untuk bernafas. Saatnya menangis, kawan.
Mencari berbagai kegiatan, agar
terlihat produktif. Setelah dicari, berjuta kegiatan muncul. WOW. Akibat
banyak, jadi kebingungan untuk mengatur. Positifnya adalah hari-hari tidak
terbuang percuma dan banyak bertemu dengan orang baru, ditambah bisa berjumpa
dengan tidur siang yang sempat hilang di semester empat kemarin. DOUBLE WOW. ASYIQUE.
Lalu kegiatan-kegiatan tersebut
akan berlangsung hingga awal September. Di tengah September akan memasuki
semester lima. Aduh, benar, aku tidak ada waktu bernafas. Banyak terimakasih
untuk semua, semoga dapat menemukan hikmah dari momen-momen ini dan setidaknya
aku tidak hanya menjadi seonggok daging bodoh tak bermanfaat.
ps: anggap saja sedang berlibur bersama ilmu pengetahuan. :")
Subscribe to:
Posts (Atom)