Sunday, June 28, 2015

Menyayat Hati

Menangisi masa lalu, memang bodoh tak berarti
Tak akan membuat keadaan kembali
Kecuali dia inginkanmu kembali

Jarum jam saling berkejaran
Mereka berputar di tempat yang sama
Tak seperti manusia, harus maju, tak jalan di tempat

Bulir air mata basahi pipi
Sama derasnya dengan hujan di luar
Tak berhenti mengguyur jalanan
Meninggalkan beberapa genangan
Namun tangis tinggalkan berjuta kenangan

Aku tahu itu sakit
Dengan teriak tak tercukupkan
Dengan memaki tak terpuaskan
Begitu perih mengiris hati
Bahkan luka sayatan tak dapat samarkan

Tuesday, June 23, 2015

Mentari Jangan Pergi

Pernah kumbang merasa mentari hilang
sungguh sulit kumbang jalani kehidupan
gelap, tak bercahaya

Kumbang kalut, ketakutan
suram di depan mata
tak mampu kumbang menatap

Menyesal kumbang mengusir mentari
ego kumbang tiada dua
mentari akhirnya mengalah

Ternyata benar dia yang selama ini menyinari
berikan kumbang kekuatan dan senyuman
kehadirannya hangat

Meskipun terasa sedikit peluh bercucuran
terrnyata kumbang tak bisa hidup tanpa mentari
hari-harinya selalu dia temani
mengikuti langkah, waspada bila kumbang lengah

Mentari setia, kumbang percaya
ternyata mentari bersinar di utara
namun terangnya tak sama

Sedikit yang terlihat
entah hanya ilusi atau nyata
entah hanya sebentar atau lama

Kumbang yang disana senang dengan kehadiran mentari
mau kemana mentari?
jangan tinggalkan kumbang dengan kegelapan
sungguh sesak tak mampu bernafas

Mentari janji akan kembali
menyinari selamanya
menemani kumbang sampai akhir hayat
dan kumbang berjanji tak akan lakukan kesalahan lagi

Kumbang tahu mentari memilih selatan
tempat kumbang berpijak, tempat mereka berjumpa
kumbang tahu mentari tak berubah
karena itu kumbang bertahan, menunggu mentari pulang

Saturday, June 6, 2015

Berlalu

Siapa kata jarak bukan hambatan?
Padahal dia adalah musuh utama yang membuat hati teriris karena menahan mala rindu yang sangat dahsyat.
Tak jumpa untuk waktu yang lama, saling tukar suara saja sudah bahagia.
Hanya manusia paling tangguh yang sanggup bertahan.
Meskipun berjuang setengah mati, mencoba berjanji untuk menjaga hati.
Tetap saja tidak ada bukti.
Kata yang terucap menjadi dusta
Kepercayaan entah kemana dan setia pun diragukan.
Ada sesosok lain yang mengisi kekosongan.
Lelaki, omong kosong jika tidak main hati.
Rasa itu telah pudar.
Hambar dan begitu pahit bagai secangkir kopi tanpa gula.
Meneguk secangkir kepahitan berisi penuh omongan belaka.
Ditelan habis, sakitnya menuju kerongkongan. Membuat dada sesak tak terhingga.
Terima kasih, pelajaranmu begitu indah.
Seindah rembulan di kelamnya malam dan ditelan bulat oleh kegelapan.
Jangan hidangkan pahit yang lainnya.
Atau tambahkan sedikit gula, agar aku sedikit menyukainya.