Friday, January 28, 2011

Belajar

Hidup adalah belajar
Belajar bersyukur meski tak cukup
Belajar ikhlas meski tak rela
Belajar ta'at meski berat
Belajar memahami meski tak sehati
Belajar bersabar meski terbebani
Belajar setia meski tergoda
Belajar dan terus belajar
Meski keyakinan setegar karang tapi sudah menjadi kodrat
Bahwa hati seperti air laut
Bergelombang, pasang surut dan sering terbawa arus. Wallahua'lam.

Wednesday, January 26, 2011

Like An Aurora



Foto ini gue dapet tadi pagi, sekitar jam 05:40 di sekolah. Biasa orang yang terlalu rajin, udah ada di sekolah dengan sepagi itu (ada jadwal PM). Di sekolah masih sepiiiiiiiiiiiiiii bangeeeetssss, di kelas gue aja baru ada dua orang. Gue ngeh langit indah kaya gini pas mau masuk ke kelas. Gue langsung "Anjir keren banget langitnya!" bukannya bilang 'Subhanallah' atau apa kek gitu. Setelah gue simpen tas ke kelas, gue keluar lagi dan...........jepret. Mengabadikan fenomena ini dengan handphone tercintakuh............. Kaya aurora kan?? Tapi, setau gue aurora lebih indah lagi ketimbang ini (meskipun liat di internet). Semuanya Allah yang menciptakannya. Subhanallah sekali sodara-sodara!!! Coba deh kalian bangun pagi terus liat keluar jendela, kalian bakal menemukan fenomena seperti ini. Subhanallah................

Sunday, January 16, 2011

Narrative Text in "Romeo and Juliet's Romantic and Tragic Story"

In the town of Verona there lived two families, the Capulets and the Montagues. They engaged in a bitter feud. Among the Montagues was Romeo, a hot-blooded young man with an eye for the ladies. One day, Romeo attended the feast of the Capulets', a costume party where he expected to meet his love, Rosaline, a haughty beauty from a well-to-do family. Once there, however, Romeo's eyes felt upon Juliet, and he thought of Rosaline no more.

The vision of Juliet had been invading his every thought. Unable to sleep, Romeo returned late that night to the Juliet's bedroom window. There, he was surprised to find Juliet on the balcony, professing her love for him and wishing that he were not a "Montague", a name behind his own. "What's in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet." Romeo was ready to deny his name and professed his love. The two agreed to meet at nine o-clock the next morning to be married.

Early the next morning, Romeo came to Friar Lawrence begging the friar to marry him to Juliet. The Friar performed the ceremony, praying that the union might someday put an end to the feud between the two families. He advised Romeo kept the marriage a secret for a time.

On the way home, Romeo chanced upon his friend Mercutio arguing with Tybalt, a member of the Capulet clan. That qurreling last caused Merquito died. Romeo was reluctant no longer. He drew his sword and slew Tybalt died. Romeo realized he had made a terrible mistake. Then Friar Lawrence advised Romeo to travel to Mantua until things cool down. He promised to inform Juliet.
In the other hand, Juliet's father had decided the time for her to marry with Paris. Juliet consulted Friar Lawrence and made a plot to take a sleeping potion for Juliet which would simulate death for three days. The plot proceeded according to the plan. Juliet was sleeping in death.

Unfortunately, The Friar's letter failed to reach Romeo. Under the cover of darkness, he broke into Juliet's tomb. Romeo kissed the lips of his Juliet one last time and drank the poison. Meanwhile, the effects of the sleeping potion wear off. Juliet woke up calling for Romeo. She found her love next to her but was lying dead, with a cup of poison in his hand. She tried to kiss the poison from his lips, but failed. Then Juliet put out his dagger and plunged it into her breast. She died

Narrative text : “Momotaro”

Once upon a time, there lived in Japan a peasant and his wife. They were sad couple because they had no children. They kept praying to their god pleading to give them a child.
While cutting wood by a stream one day, the man saw a large peach floating on the water. He ran to pick it up. His wife was excited because she had never seen such a large peach before. They were about to cut the peach when they heard a voice from inside.
The couples were surprised to do anything. The peach then cracked open, and there was a beautiful baby inside. The couples were very happy, of course. They named the baby Momotaro, which meant ‘peach boy’.
Momotaro grew up to be clever, courage young man. His parents loved him very much.
One day, Momotaro told his parents hat he was going to fight the pirates who always attacked their village. These pirates lived on an island a few kilometers away. Momotaro’s mother packed his food, and his father gave him a sword. Having blessed Momotaro, they sent him off on his journey.
Sailing on his boat, Momotaro met an eagle going in the same direction. They became good friends; soon, both of them arrived on the island of the pirates.
Momotaro drew out the sacred sword his father had given him and began to fight the pirates. The eagle flew over the thieves’ heads, pecking at their eyes. Finally, the pirates were defeated.
Momotaro brought home all the goods that pirates had stolen. His parents were proud of him, and they were overjoyed at his victory and save return.

Narrative text : “Snow White”

Once upon a time there lived a little girl named Snow White. She lived with her aunt and uncle because her parents were dead.
One day she heard her uncle and aunt talking about leaving Snow White in the castle because they both wanted to go to America and they didn’t have enough money to take Snow White.
Snow White didn’t want her uncle and aunt to do this so she decided it would be best if she ran away. The next morning she ran away from home when her aunt and uncle were having breakfast. She ran away into the woods.
Then she saw a little cottage. She knocked but no one answered so she went inside and fell asleep.
Meanwhile, the seven dwarfs were coming home from work. They went inside. There they found Snow White sleeping. Then Snow White woke up. She saw the dwarfs. The dwarfs said, “What’s your name?” Snow White said, “My name is Snow White.”
Doc, one of the dwarfs said, “If you wish, you may live here with us.” Snow White said, “Oh could I? Thank you.” Then Snow White told the dwarfs the whole story and Snow White and the seven dwarfs lived happily ever after.

Info Diabetes Mellitus 1

Bisa dimaklumi jika banyak orang khawatir dengan penyakit Diabetes. Karena penyakit tersebut telah menjadi penyebab kematian terbesar nomor lima di dunia. WHO melaporkan, jumlah kematian akibat penyakit tersebut di seluruh dunia adalah 3,2 juta orang per tahun. Itu artinya, setiap menit, 6 orang meninggal dunia akibat diabetes.
Diabetes melitus ada...lah kondisi ketika tubuh tak bisa mengendalikan kadar gula dalam darah (glukosa), yang normalnya 60-120 mg/dl. Glukosa merupakan hasil penyerapan makanan oleh tubuh, yang kemudian menjadi sumber energi. Tapi, pada penderita DM, kadar glukosa ini terus meningkat sehingga terjadi penumpukan.
Mengapa pengaturan glukosa ini tak terkendali? Penyebabnya, karena terjadi gangguan pada kelenjar pankreas. Pada pankreas terdapat sel kecil khusus yang dinamakan sel beta atau dikenal juga sebagai ‘pulau-pulau Langerhans’, yang menghasilkan hormon insulin. Hormon inilah yang menjadi kunci pengatur pengiriman glukosa ke seluruh tubuh.
Penyakit diabetes melitus (DM) atau akrab disebut kencing manis khususnya tipe 2 yang bukan faktor keturunan kini tak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak dan remaja. Ironisnya lagi, diabetes pada anak sulit dideteksi, sehingga tidak bisa dicegah sejak dini.
“Tidak ada tanda-tanda khusus dari seorang bayi yang memiliki potensi terkena diabetes saat usia dewasa,” kata dr Luszy Arijanti SpA, dokter spesialis anak dari RS Gading Pluit dalam sebuah seminar tentang DM, di Jakarta.
Dr Luszy menyebutkan, seorang anak baru akan terdeteksi menderita diabetes pada usia 7 tahun ke atas. Hal itu ditandai dengan sejumlah gejala yang mirip dengan gejala diare seperti muntah, sering buang air besar, kesadaran menurun (koma), dehidrasi berat, kejang-kejang dan sebagainya. Namun bedanya, nafas si anak berbau asam (aseton).
Kondisi itulah yang membuat orang tua terkadang salah dalam menilai kondisi kesehatan buah hatinya. “Banyak orang tua melihat gejala yang terjadi pada anaknya sebagai diare berat. Padahal dia sudah terserang diabetes. Tidak jarang anak penderita diabetes dibawa ke rumah sakit dalam keadaan koma,” tuturnya.
Untuk mengantisipasi hal itu, dr Luszy menambahkan, orangtua harus memperhatikan kebiasaan makan dan aktivitas fisik anaknya di rumah. Selain juga memperhatikan perkembangan berat badan anak tersebut. Anak yang terindikasi menderita DM biasanya sering cepat merasa lapar dan haus, buang air kecilnya banyak dan berat badannya tidak pernah naik.
“Kalau orangtua melihat gejala yang demikian, itu harus hati-hati. Coba ajak anak untuk memeriksa kadar gula darahnya. Kadar gula darah yang normal pada anak sama dengan kadar gula yang normal bagi orang dewasa yakni berkisar antara 100-140 mg/dl,” ucapnya.
DM merupakan gangguan metabolisme karbohidrat karena jumlah insulin yang kurang, atau bisa juga karena kerja insulin yang tidak optimal. Insulin merupakan hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat. Insulin membuat gula berpindah ke dalam sel sehingga menghasilkan energi, atau disimpan sebagai cadangan energi.
Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum akan merangsang pankreas menghasilkan insulin, sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Pada saat melakukan aktivitas fisik, kadar gula darah juga bisa menurun karena otot menggunakan glukosa untuk energi.
Pada penderita DM, kerja insulin yang tidak optimal menyebabkan gangguan metabolisme karbohidrat. Akibatnya gula tidak bisa diubah menjadi glukogen. Gula juga akan melalui ginjal, sehingga urinenya mengandung glukose. Ini yang sering disebut orang sebagai kencing manis.
Dr Luszy menambahkan, selama ini anak-anak yang menderita diabetes masuk dalam tipe 1. Artinya, penyakit tersebut diturunkan dari orangtuanya karena terjadi defisiensi insulin akibat kerusakan sel beta pankreas dalam tubuhnya. Kondisi itu menyebabkan anak kekurangan hormon insulin.
“Untuk DM tipe 1 pada anak bisa dikenali sejak awal. Yang jadi masalah adalah orangtua yang tidak memiliki riwayat DM, biasanya lalai menjaga kesehatan anaknya sehingga kegemukan dan berpotensi terkena DM tipe 2,” katanya.
Ditanyakan, anak yang menderita kelebihan berat badan atau obesitas itu memiliki peluang untuk menderita DM, dr Luszy mengatakan, tidak semua anak obesitas memiliki peluang te terkena DM. Namun anak obesitas yang memiliki orangtua diabetes memiliki peluang yang besar untuk terkena penyakit yang sama dengan orangtuanya tersebut.
“Jadi untuk orangtua yang memiliki DM, tolong jaga anaknya agar tidak kegemukan dan memiliki kegiatan fisik untuk menjaga kebugaran tubuhnya. Karena anak-anak mereka memiliki peluang terkena penyakit tersebut, kendati saat itu sehat-sehat saja,” ujarnya.
Suka Mengompol. Hal senada dikemukakan dr Benny Santosa dari RS Gading Pluit. Katanya, diabetes pada anak dapat pula menyebabkan kematian dan mengganggu proses tumbuh kembangnya. Anak yang terkena DM hendaknya menjalani terapi insulin daripada mengkonsumsi obat-obatan. Anak yang menderita diabetes juga perlu dijaga pola makannya dan olahraga secara teratur.
“Anak-anak memang agak sulit untuk diatur pola makannya, apalagi sekarang ini gerai makanan cepat saji tersedia dimana-mana. Di sinilah perlunya peran orangtua, keluarga dan guru dalam membantu anak untuk bisa memperhatikan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang terkontrol,” katanya.
Ia menambahkan, gejala awal DM biasa disebut dengan 3 P, yakni polifagi (banyak makan), polidipsi (banyak minum), dan poliuri (banyak kencing). Akan tetapi, yang seringkali terjadi kalau anak banyak makan dan banyak minum, orang tua menganggap wajar. “Sering kencing juga dianggap wajar, wong makan minumnya juga banyak. Itu yang membuat orang tua dan dokter kecolongan. Baru setelah anak terkena infeksi, baru diabetesnya kelihatan,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut dr Benny, pasien sering datang dalam keadaan kejang dan kesadaran menurun. Setelah dicek kadar gula darahnya baru ketahuan anaknya menderita DM. “Pemeriksaan gula darah itu dijadikan pemeriksaan rutin supaya tidak kecolongan,” katanya.
Gejala lain yang harus diwaspadai orang tua adalah jika si kecil tiba-tiba ngompol. “Misalnya, sudah 3-4 tahun anak tidak ngompol, lalu mendadak, kok, ngompol lagi. Nah, itu harus dicurigai sebagai gejala diabetes,” tuturnya.
DM tipe I bisa muncul sejak usia dini, bahkan bayi sekali pun. “Cuma, kalau masih kecil, meski kekurangan insulin, biasanya tidak banyak. Jadi, tidak terlalu tampak meski kadar gulanya naik. Baru setelah anak semakin besar, makin kelihatan karena kebutuhan insulinnya makin banyak.”
Apalagi kalau orangtua tidak mampu menjaga berat badan anaknya sehingga terkena obesitas. “Anak-anak sekarang, kan, hobi makan junk food yang jumlah kalorinya sangat besar. Tanpa serat, isinya hanya protein, lemak, dan karbohidrat. Kalau dihitung, bisa ribuan kalori per porsi. Padahal seharusnya porsi untuk sehari, sementara kalori yang dikeluarkan tidak sebanyak yang diasup,” ujarnya.
Pada anak obesitas, kebutuhan insulin untuk metabolisme juga lebih banyak. “Kekurangan insulin makin lama akan makin menumpuk, meskipun kadang-kadang tidak bermanifestasi,” katanya.
Pada anak obesitas, biasanya dilakukan pemeriksaan kadar gula darah. “Apabila sangat meningkat, harus diwaspadai anak mudah menjadi diabetes, meskipun biasanya ada faktor genetik dulu. Memang, tidak semua pasien obesitas menjadi diabetes tipe II. Hanya sedikit, tapi diet tetap perlu. Selain gula darah tinggi, risiko kegemukan lain adalah kolesterol tinggi.”

Saturday, January 8, 2011

Lilin Dan Bintang

Suatu hari terjadi percakapan antara sebuah bintang dan sebatang lilin. Lilin itu berkata, " Bintang, mengapa aku hanya ada untuk diletakkan di suatu ruangan sempit sampai batangku habis terbakar dan mati? Jika beruntung saya akan berada di ruangan pesta atau restoran mewah, tapi jika tidak beruntung aku hanya diletakkan di kamar kecil. Sedangkan engkau, cahayamu bisa menyinari langit malam yang luas." Sambil tersenyum sang bintang pun menjawab, "Aku memang bersinar di langit yang luas, namun sinarku hanya akan tampak di malam hari, sedangkan engkau dapat bersinar kapan pun diperlukan,"

Seperti lilin, Kita seringkali mengeluhkan kondisi yang kita alami. Sebagai karyawan, kadang kita merasa tidak seberuntung rekan kerja yang lain. Kita merasa bahwa beban perkejaan lebih menumpuk, atau mendapat ruangan yang tidak senyaman mereka, kemudian kita membandingkan diri dan berkata, " Andai saja aku bisa memilih... "

Jangan pernah mengeluh, Tuhan mau kita saling memperlengkapi satu dengan yang lain. Dan semua yang kita terima saat ini, walaupun tidak sesuai dengan harapan kita, itu semua ada dalam Rencana-Nya. Dia tahu apa yang terbaik buat kita, dan Tuhan pasti mengingat apa yang sudah kita perbuat.

Love And Time

Alkisah disuatu pulau kecil tinggallah benda-benda abstrak seperti cinta, kesedihan, kekayaan, kebahagiaan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.

Suatu ketika datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan segera menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat segera menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai untuk mencari pertolongan. Sementara itu air semakin naik dan mulai membasahi kaki Cinta.

Tak lama kemudian Cinta melihat kekayaan sedang mengayuh perahu. “Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta. “Aduh maaf Cinta, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tidak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu diperahuku ini.”

Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali namun kemudian dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan, tolong aku!”, teriak cinta. Namun Kegembiraan terlalu bergembira menemukan perahu sehingga ia tidak mendengar teriakan Cinta.

Air makin tinggi membasahi sampai ke pinggang dan cintapun mulai panik. Tak lama kemudian lewatlah Kecantikan.”Kecantikan , bawalah aku bersamamu”, teriak Cinta. “Wah Cinta, kamu basah dan kotor, aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku ini”, sahut Kecantikan.

Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itulah lewat Kesedihan. “Oh Kesedihan bawalah aku bersamamu”, kata Cinta. “Maaf Cinta, aku sedang sedih, dan aku ingin sendirian saja…”, kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta sudah mulai putus asa, ia melihat air semakin naik dan akan segera menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah terdengar suara, “Cinta, mari segera naik perahuku”. Cinta menoleh ke suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat ia naik ke perahu itu tepat sebelum air menenggelamkannya.

Di pulau terdekat orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat itulah Cinta baru sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang telah menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakan orang tua itu kapada penduduk tua di pulau, siapa sebenarnya orang tua itu. “Oh, orang tua itu tadi?, dia adalah Waktu,” kata orang-orang tersebut. “Tapi kenapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalkupun enggan untuk menolongku”, tanya Cinta heran. “Sebab hanya waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari cinta itu…”.

Anak Pemalas

Dikisahkan, sebuah keluarga mempunyai anak semata wayang.
Ayah dan ibu sibuk bekerja dan cenderung memanjakan si anak dengan
berbagai fasilitas. Hal tersebut membuat si anak tumbuh menjadi anak
yang manja, malas, dan pandai berdalih untuk menghindari segala
macam tanggung jawab. Setiap kali si ibu menyuruh membersihkan
kamar atau sepatunya sendiri, ia dengan segera menjawab, "Aaaah Ibu.
Kan ada si bibi yang bisa mengerjakan semua itu. Lagian, untuk apa
dibersihkan, toh nanti kotor lagi." Demikian pula jika diminta untuk
membantu membersihkan rumah atau tugas lain saat si pembantu
pulang, anak itu selalu berdalih dengan berbagai alasan yang tidak
masuk akal. Ayah dan ibu sangat kecewa dan sedih melihat kelakuan
anak tunggal mereka. Walaupun tahu bahwa seringnya memanjakan
anaklah yang menjadi penyebab sang anak berbuat demikian. Mereka
pun kemudian berpikir keras, bagaimana cara merubah sikap si anak?
Mereka pun berniat memberi pelajaran kepada anak tersebut. Suatu hari,
atas kesepakatan bersama, uang saku yang rutin diterima setiap hari,
pagi itu tidak diberikan. Si anak pun segera protes dengan kata-kata
kasar, "Mengapa Papa tidak memberiku uang saku? Mau aku mati
kelaparan di sekolah ya?" Sambil tersenyum si ayah menjawab, "Untuk
apa uang saku, toh nanti habis lagi?"Demikian pula saat sarapan pagi,
dia duduk di meja makan tetapi tidak ada makanan yang tersedia. Anak
itu pun kembali berteriak protes, "Ma, lapar nih. Mana makanannya?
Aku buru-buru mau ke sekolah." "Untuk apa makan? Toh nanti lapar
lagi?" jawab si ibu tenang. Sambil kebingungan, si anak berangkat ke
sekolah tanpa bekal uang dan perut kosong. Seharian di sekolah, dia
merasa tersiksa, tidak bisa berkonsentrasi karena lapar dan jengkel. Dia
merasa kalau orangtuanya sekarang sudah tidak lagi menyayanginya.
Pada malam hari, sambil menyiapkan makan malam, sang ibu berkata,
"Anakku. Saat akan makan, kita harus menyiapkan makanan di dapur.
Setelah itu, ada tanggung jawab untuk membersihkan perlengkapan
kotor. Tidak ada alasan untuk tidak mengerjakannya dan akan terus
begitu selama kita harus makan untuk kelangsungan hidup. Sekarang
makan, besok juga makan lagi. Hari ini mandi, nanti kotor, dan harus
juga mandi lagi. Hidup adalah rangkaian tanggung jawab, setiap hari
harus mengulangi hal-hal baik. Jangan berdalih, tidak mau melakukan
ini itu karena dorongan kemalasan kamu. Ibu harap kamu mengerti." Si
anak menganggukkan kepala, "Ya Ayah-Ibu, saya mulai mengerti. Saya
juga berjanji untuk tidak akan mengulangi lagi."

Kasih Ibu

"Nurse, boleh saya tengok bayi saya?" ibu muda yang baru bersalin itu bersuara antara dengar dan tidak kepada seorang jururawat.

Sambil tersenyum jururawat membawakan bayi yang masih merah itu. Si ibu menyambut dengan senyum meleret. Dibuka selimut yang menutup wajah comel itu, diciumnya berkali-kali sebaik bayi tersebut berada dipangkuan.

Jururawat kemudian mengalihkan pandangannya ke luar tingkap. Tidak sanggup dia bertentang mata dengan si ibu yang terperanjat melihat bayinya dilahirkan tanpa kedua-dua cuping telinga.

Namun gamamnya cuma seketika. Dakapan dan ciuman silih berganti sehingga bayi yang sedang lena itu merengek. Doktor bagaimanapun mengesahkan pendengaran bayi itu nor! mal, sesuatu yang cukup mengembirakan si ibu.

Masa terus berlalu...

Pulang dari sekolah suatu tengahari, anak yang tiada cuping telinga itu yang kini telah memasuki alam persekolahan menangis memberitahu bagaimana dia diejek rakan-rakan. "Mereka kata saya cacat," katanya kepada si ibu.

Si ibu menahan sebak. Dipujuknya si anak dengan pelbagai kata semangat. Si anak menerimanya dan dia muncul pelajar cemerlang dengan menyandang pelbagai jawatan di sekolah. Bagaimanapun tanpa cuping telinga, si anak tetap merasa rendah diri walaupun si ibu terus memujuk dan memujuk. Ayah kanak-kanak itu bertemu doktor. "Saya yakin dapat melakukannya jika ada penderma," kata pakar bedah. Bermulalah suatu pencarian bagi mencari penderma yang sanggup berkorban.

Setahun berlalu...

"Anakku, kita akan menemui doktor hujung minggu ini. Ibu dan ayah telah mendapatkan seorang pender! ma, tapi dia mahu dirinya dirahsiakan, " kata si ayah. Pembedahan berjalan lancar dan akhirnya si anak muncul sebagai manusia baru, kacak serta bijak. Pelajarannya tambah cemerlang dan rasa rendah diri yang kerap dialaminya hilang.

Rakan-rakan memuji kecantikan parasnya. Si anak cukup seronok, bagaimanapun dia tidak mengabaikan pelajaran. Pada usianya lewat 20-an, si anak menjawat jawatan tinggi dalam bidang diplomatik.

"Sebelum saya berangkat keluar negara, saya ingin tahu siapakah penderma telinga ini, saya ingin membalas jasanya," kata si anak berkali-kali. "Tak mungkin," balas si ayah. "Perjanjian antara ayah dengan penderma itu masih berjalan. Tunggulah, masanya akan tiba." "Bila?" tanya si anak.

"Akan tiba masanya anakku," balas si ayah sambil ibunya mengangguk-angguk. Keadaan terus kekal menjadi rahsia bertahun-tahun lamanya.

Hari yang ditunggu tiba akhirnya. Ketika si anak berdiri di sisi keranda ibunya, perlahan-lahan si ayah menyelak rambut ibuny! a yang kaku.

Gelap seketika pandangan si anak apabila melihat kedua-dua cuping telinga ibunya tiada.

"Ibumu tidak pernah memotong pendek rambutnya," si ayah berbisik ke telinga anaknya. "Tetapi tiada siapa pernah mengatakan ibumu cacat, dia tetap cantik, pada ayah dia satu-satunya wanita paling cantik yang pernah ayah temui. Tak percaya... tanyalah pada sesiapa pun kenalannya."

Ps :

Kecantikan seseorang bukan terletak pada fizikal tetapi di hati. Cinta sejati bukan pada apa yang dilakukan dan dihebah-hebahkan tetapi pengorbanan tanpa diketahui.

Selagi ibu kita ada didunia ini, ciumlah dia, cium tangannya, sentiasa minta ampun darinya, berikan senyuman kepadanya, bukannya dengan bermasam muka, kasih ibu tiada tandingannya, ingatlah "SYURGA DI BAWAH TELAPAK KAKI IBU", penyesalan di kemudian hari tidak berguna, selagi hayatnya ada,curahkanlah sepenuh kasih sayang kepadanya..

Biar susah, jangan menyusahkan. .

Friday, January 7, 2011

January, 06 2011

Ini waktu gue sama temen-temen sekelas maen ke Salabintana, rencananya sih sekelas mau pada ikut tapi faktanya yang datang cuma sebelas orang hahhahahahahahahaha cacat hempet abis. Cuma gue, Caca, Sevira, Gusti, Pohan, Miga, Feby, Encim, Abdul, Dika, sama Regi. Hempet.
Pada bawa Nasi Padang. Uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuh, MANTAB.


Orang ini gue kira sendiri. Gue mikir, ngapin tu orang sendirian di tempat kaya gini, eh ga tau nya berdua ama pacar wleee.


 
Tebak ini gue sama siapa? xixixixixi



Cuma segini yah foto-fotonya, gak gue masukin semua eheheh. Beres maen, gue pulang dan langsung GO. Acara maen yang paling ga asik-___-