Monday, January 18, 2016

Setengah Dekade

"Kalau ditanya kamu punya atau engga, kamu jawab apa?" Tiba-tiba Aga bertanya sedikit serius.

"Ada.." jawabku singkat. "Kamu?"

"Engga ada. Tapi aku pintar." Atas jawabannya aku terdiam, angin kencang terasa semakin dingin dan awan mendung semakin menyelimuti.

"Kamu pernah bosan?" Aku melontar. "Pernah niat untuk mencari lagi?"

Aga senyum terkekeh sebelum dia menjawab, aku tidak mengerti apa maksudnya itu. "Lea, namanya juga laki-laki. Bohong jika tidak punya pemikiran seperti itu. Jangankan yang sudah lama, yang baru saja pasti berniatan seperti itu. Sudah aku bilang tadi, aku pintar.  Aku dididik untuk menjadi orang yang setia karena papa adalah orang yang sangat setia. Kamu tahu sendiri, kan?" Jelasnya sambil memainkan sisa-sisa es dengan sedotan di gelas minumannya. "Lagipula kita sudah mau jalan enam tahun..." dia menambahkan.

Salah bertanya, pikirku. Jawaban-jawaban tersebut akan mengurung otak dan akan bertahan entah sampai kapan. Aku tidak akan nyenyak tidur. Paras ini bisa saja memasang senyum manis yang berbahasa 'aku baik-baik saja' atau 'tidak apa-apa', namun hati dan pikiran saling beradu. Jarang aku dan Aga bisa santai seperti ini, membahas hal-hal serius yang sangat kami anti. Karena biasanya setelah membahas hal serius, mood akan berubah.

"Kamu tahu? Kita engga pernah menemukan suatu hal kesamaan. Kita benar-benar berbeda. Engga nyambung." Katanya sambil tertawa, terpaksa aku ikut tertawa.

"Ya, aku tahu. Aku engga bisa bernyanyi, aku bodoh, engga seperti kamu.." aku berargumen sesuai fakta  dan dia malah terus tertawa. Hal ini adalah topik yang sangat membosankan. Selalu muncul pembahasan seperti ini di setiap tahun meskipun pernyataan Aga benar adanya. Aku senang membaca, dia tidak. Aku senang outdoor, dia senang di dalam rumah saja. Aku senang yang esktrem, dia senangnya malas-malasan. "Aku takut karena ketidaksamaan ini akan berdampak jika nanti benar-benar bersama dan tidak ada hal yang bisa dibicarakan nanti.." aku meneruskan.

"Aku yakin pasti ada."

Tidak tahu apa yang membuat kami seperti ini. Bertemu dengan ketidaksengajaan, berawal dari saling bercanda, berlanjut sering tukar cerita, lalu menjadi sekarang ini. Banyak yang memisahkan namun selalu menemukan beribu alasan untuk bersatu kembali. Tak jarang orang menyebut kami pasangan yang lucu, cocok katanya, bahkan ada yang mengira kakak-beradik. Entah basa-basi atau memang pandangan mereka. Mereka tidak pernah tahu apa yang kami rasakan atau hubungan yang kami jalin, tapi kami berdua merasakan hal yang sama dan tidak pernah mengerti apa hubungan yang sedang kami jalin.