Sunday, July 17, 2016

Mendung Kala Itu

Sore sendu dengan awan gelap saling beradu, langit tak menampakkan birunya.
Kapas putih raksasa kian menyatu, berusaha untuk luapkan seluruh isinya.
Lalu mereka akhirnya jatuh ke bumi dengan malu, menyentuh tanah dan beton-beton ibukota.
Rintik-rintik jadi menyerbu. Rerumputan senang, kembali segar.
Koloni semut bersembunyi, mereka pikir sedang diserang.
Basah jalanan dibatas kaca. Terperangkap dalam pemandangan bulir-bulir air dibalik jendela.
Mereka berkejaran, berlomba memenangkan gravitasi, entah mana yang akan jadi juara.

Dan awan berhenti menangis.
Kini hujan tinggal genangan, merefleksikan langit yang masih kelabu.
Menyisakan romansa dingin menusuk tulang, menyerang otak hingga membeku.
Lalu semua keraguan datang mengusik, segalanya menjadi abu-abu.
Sama seperti suasana diluar sana, tidak hitam dan juga tidak putih.
Tidak berikan jawaban dan semuanya menjadi tabu.


No comments: